Bukit Jimbaran, Jumat, 20 Januari 2017 – Setelah pada Rabu (18/01) Anggota IV BPK RI, Prof. Dr. Rizal Djalil memberikan kuliah umum mengenai pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi di Universitas Udayana, hari ini (Jumat, 20/01) Prof. Rizal kembali hadir di tempat yang sama, namun bukan sebagai pembicara, melainkan sebagai tamu undangan kegiatan kuliah umum dengan pembicara Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani.
Anggota IV BPK RI pada kesempatan ini didampingi oleh Kepala Perwakilan BPK Perwakilan Provinsi Bali, Yulindra Tri Kusumo Nugroho.
Dalam kuliah umum yang disampaikan didepan Anggota IV BPK RI dan sekitar 1000 orang mahasiswa Universitas Negeri Udayana tersebut, Sri Mulyani memaparkan topik, “Membangun Fondasi Untuk Pertumbuhan Yang Berkelanjutan”. Melalui topik ini, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini banyak memaparkan mengenai pengelolaan keuangan negara dan sistem perpajakan di Indonesia.
Dalam salah satu paparannya Sri Mulyani menyayangkan tingkat kepatuhan membayar pajak orang Indonesia yang masih relatih rendah. Saat ini wajib pajak yang terdaftar di Direktorat Jenderal Pajak mencapai 32 juta orang.
“Sekitar 20 juta dari total 32 juta wajib pajak yang memiliki SPT (Surat Pajak Tahunan), hanya 12 juta wajib pajak yang betul-betul patuh menunaikan kewajibannya. Sehingga tingkat kepatuhan wajib pajak di Indonesia hanya 62,3 persen. Sebagian besar dari mereka yang malas membayar pajak adalah orang-orang kaya”, ujarnya.
Perbandingan penerimaan pajak dengan produk domestik bruto (PDB) atau tax ratio di Indonesia hanya 11 persen. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menilai angkanya tidak acceptable.
“Tax ratio Indonesia seharusnya 15 hingga 16 persen, seperti Malaysia dan Thailand. Jumlah tersebut cukup untuk membuat perekonomian negara ini tidak defisit”, tambah Menteri kelahiran Bandar Lampung ini.
Terkait dengan Provinsi Bali, Sri Mulyani mengatakan bahwa pengembangan pariwisata tidak hanya terkait penyediaan sekolah dan industri kuliner semata tetapi juga kemampuan mengelola industri itu sendiri. Dan kemampuan Bali mengelola industri wisatanya sudah sangat baik.
Saat ini, masih menurut Sri Mulyani, Pemerintah sedang mencanangkan 10 destinasi wisata baru di seluruh Indonesia, dan Bali merupakan panutan bagi 10 destinasi wisata baru tersebut.
Minat pariwisata dunia sangat besar, karena itu Bali tidak perlu khawatir dengan pengembangan 10 destinasi baru di seluruh Indonesia. Sri Mulyani menyakini, semakin banyak masyarakat kelas menengah, maka mereka pasti akan mengunjungi Pulau Dewata sebagai salah satu destinasi favorit. (bd)