MAKNA HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN

Denpasar,Desember 2010
Bali merupakan daerah yang terkenal di Mancanegara akan budaya dan upacara keagamaannya yang unik, salah satunya adalah hari Raya Galungan dan Kuningan yang telah dirayakan masyarakat Bali khususnya yang beragama Hindu selama berabad-abad.

Kata “Galungan” berasal dari bahasa jawa kuna yang artinya menang atau bertarung, Galungan juga sama artinya dengan Dungulan yang juga berarti menang. Karena itu di Jawa wuku yang kesebelas disebut wuku Galungan, sedangkan di Bali wuku yang kesebelas itu disebut wuku Dungulan, namanya berbeda tetapi mempunyai arti yang sama.

Galungan adalah suatu upacara sakral yang memberikan kekuatan spiritual agar mampu membedakan dharma (kebenaran) dan adharma (kejahatan) juga merupakan simbolis bahwa manusia selalu dapat menegakkan dharma diatas adharma. Diawali dengan Penampahan Galungan atau satu hari sebelum hari Raya Galungan yang jatuh pada hari Selasa Wage Dungulan, makna Penampahan Galungan adalah membunuh sifat-sifat kebinatangan yang ada pada diri manusia yang dilambangkan dengan menyembelih babi sebagai binatang korban. Hari Raya Galungan jatuh pada hari Rabu Kliwon Dungulan yang pada tahun ini jatuh pada tanggal 8 Desember 2010 dimana pada hakikatnya masyarakat di pulau Bali merayakan menangnya dharma melawan adharma. Setelah hari Raya Galungan yaitu hari Kamis Umanis Dungulan disebut Manis Galungan, pada hari ini umat hindu mengenang betapa indahnya kemenangan dharma dilampiaskan dengan mengunjungi tempat-tempat hiburan terutama panorama yang indah dan mengunjungi sanak saudara sambil bergembira ria.

Rangkaian tersebut dilanjutkan dengan perayaan hari Raya Kuningan dilaksanakan sepuluh hari setelah hari Raya Galungan yang jatuh pada hari sabtu tanggal 18 Desember 2010 , dalam perayaan Kuningan kita dapat melihat berbagai simbol perang ditempatkan di bangunan-bangunan rumah seperti “tamiang, ter, dan endongan”. Semua simbol dalam perayaan kuningan itu penting dimaknai dalam kehidupan kekinian. “Tamiang” sebagai simbol pertahanan, mengandung makna bahwa umat hendaknya selalu meningkatkan ketahanan diri dalam menghadapi tantangan hidup. “Ter”simbol senjata perjuangan, sedangkan “endogan” simbol logistik. Atribut-atribut itu dipasang sebagai pertanda bahwa umat bertekad selalu menang melawan “musuh”, dengan memperkuat ketahanan diri, meningkatkan kecerdasan pikiran dan bekal hidup berupa ilmu pengetahuan. Dalam konteks kekinian, musuh-musuh itu adalah kegelapan, kebodohan, kemiskinan dan sebagainya.